Jamaah Petasan

Indonesia unik, punya masyarakat yang heterogen. Hal ini yang mendasari perbedaan di antara masyarakat Indonesia. Ketika bulan ramadhan tiba, kita akan melihat bukti perbedaan itu. Yang paling umum adalah ketika memasuki bulan ramadhan. Ada sebagian yang mempercepat puasa karena buru-buru pengen tidak makan dan minum siang hari, dan ada pula yang belum. Shalat ID pun begitu, ada yang mempercepat melaksanakan Shalat ID dan ada pula yang masih doyan puasa. Ini yang membuat anak-anak kecil bingung berkat ulah orang dewasa. Saya pernah mengalami kebingungan itu sewaktu kecil. Namanya juga masih kecil sehingga saya mau enaknya aja, hehe. Puasanya lama, tapi shalat ID-nya cepat. Jadi gue puasa pertama ngikut aliran “A”, trus shalat ID-nya gue ngikut aliran “B”, ahhhh... dasar anak yang plin-plan, namanya juga anak-anak :D

Masjidpun ikutan full pas puasa perdana, dan ketika memasuki minggu terakhir puasa, lo bisa menghitung jumlah jamaah menggunakan sempoa patah. Yang rame di saat itu adalah jamaah petasan. Dan jamaahnya didominasi oleh anak-anak. Lokasi pemetasan itu yang paling sering adalah di samping masjid. Anak-anak itu membakar masjid, eehhh, membakar petasan pada saat orang tua sedang shalat. Menyedihkan anak-anak ini. Akan lebih menyedihkan adalah ketika jamaah petasan adalah anak dari jamaah masjid itu. Ckckck, Wkwkwkwk.

Semoga anak-anakku kelak mejadi anak yang waras, dan lebih memilih menjadi jamaah masjid dari pada jamaah petasan, amin :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tabe, komentar ta' di...