Kali ini saya akan bahas tentang atmosfir di dalam kampus tercinta para
orang-orang yang mencintainya (bukan saya yang mencintainya) :D
*terusterang.
Dulu namanya OSPEK, terakhir saya dengar namanya diganti OKKMB. Tak
taulah kepanjangannya apa, jadi karena saya tidak tahu, mending saya
akan bahas dengan menggunakan nama yang lebih familiar, “OSPEK”.
Yang sudah jadi mahasiswa pasti tahu, kalo Si OSPEK ini adalah suatu
proses awal yang mesti dilewati sebelum memasuki dunia perkuliahan.
Biasanya sih anak baru yang di-OSPEK, anak lama mah biasa ikut karena
tahun lalu tidak ikut. Saya jadi bayangkan mungkin saja ada mahasiswa
yang sudah semester 10 baru ikut OSPEK. Itu bisa jadi loh. Bisa
dikarenakan dia menganggap OSPEK sepele atau mungkin sertifikat OSPEKnya
hilang. Atau bisa jadi karena mamanya ikut OSPEK, jadi dia nemenin
(*ngarang).
Di setiap universitas di Indonesia, memiliki perbedaan cara meng-OSPEK.
Jangankan antar universitas, antar fakultas dalam universitas pun pasti
perbedaannya sangat mencolok. Itu bisa dilihat dari baju yang dipakai,
trus dari yel-yel yang digunakan, ada juga perbedaan dari cara kuncir
rambut ceweknya, sampai cara kuncir rambut cowoknya (*memangada??)
Sedikit serius yah pembahasannya, hehe.
Disaat MABA (Singkatan Mahasiswa Bantet *eh, Baru Maksudnya) udah
sibuk-sibuknya mengurus perlengkapan kuliah, eh malah direpotkan dengan
perlengkapan OSPEK yang notabene jadi barang “habis pake buang” (kayak
mantan aja neh). Maba seh tidak akan menolak direpotkan seperti itu
karena mereka sudah menganggap itu sebagai kewajiban (*daripada dipica).
Nah, pemirsa, disini dia masalahnya dan bagi yang masih baru dalam dunia
per-OSPEK-an, anda mesti tahu bahwa semua itu adalah pengadaan. Anda
adalah target pemasukkan dana untuk organisasi kampus. Anda dimanfaatkan
untuk menjadi donatur dadakan pembiayaan tersebut. Anda tidak bisa
protes, mau protes? Gak usah kuliah deh. Hahaha...
Pembiayaan ini, dan tender (istilah kerennya) telah dibagi-bagi untuk
tiap panitia yang bersedia menghendlenya. Dari ID Card, Baju OSPEK, PIN,
Kaos Kaki, dll, semua ditenderi. Panitia berbondong-bondong memasang
penawaran terendah (ibarat penawaran proyek).
Sebenarnya, universitas sudah menganggarkan dana untuk kepentingan
OSPEK, tapi itu ternyata belum cukup untuk mendanai seluruh organisasi
internal dalam fakultas. Akhirnya kegiatan OSPEK berevolusi menjadi
lahan mencari UANG.
Neh saya kasih hitung-hitungan yang Anda keluarkan :
PIN | Harga dasar Rp 3.000 | dijual Rp 10.000 | Untung Rp *banyak
BAJU Kaos | Harga dasar Rp 40.000 | dijual Rp 60.000 | Untung Rp *banyak
Kaos Kaki | Harga dasar Rp 5.000 | dijual Rp 15.000 | Untung Rp *banyak
ID Card | Harga dasar Rp 3.000 | dijual Rp 10.000 | Untung Rp *banyak
Syal | Harga dasar Rp 5.000 | dijual Rp 15.000 | Untung Rp *banyak
Woooowwww, jangan kaget dulu pemirsaaaaa!!! Hahahaha
Mungkin saja anda akan mengeluarkan biaya Rp 200.000 lebih untuk
membayar perlengkapan OSPEK, terlebih lagi jika panitia memberikan Anda
tugas untuk membeli coklat, permen, bunga, Pot bunga, dll. Saya yakin
orang tua Anda akan mengeluh dan menangis dalam hati. Apalagi orang tua
Anda punya uang pas-pasan, trus pekerjaanya sangat berat. Saya yakin,
hati Anda sebagai anak juga akan sangat sedih.
Eits, jangan nangsi dulu. Saya buat artikel ini bukan untuk membuat anda
menjadi cengeng, tapi menjadi lebih kritis menyikapi fenomena “TAEK”
ini.
Nah itu tadi saya bahas dari kacamata peserta, sekarang saya mau bahas dari kacamata panitia :D
Panitia OSPEK yang ada sekarang punya stigma yang amat-sangat menyimpang
dari tujuan OSPEK sebenarnya. Mereka berangkat dari keinginan menyiksa
MABA, mengangkat citra pribadi sebagai seorang yang wajib disegani,
meneruskan kewajiban organisasi dengan menjalankan program OSPEK, dan
yang paling saya benci jika ada panitia yang menjadikan OSPEK sebagai
pohon uang untuk dirinya sendiri. Emang ada yah??? Hahaha, ada tahu...
Namanya juga orang Indonesia. Memangnya Anda pikir koruptor dari mana
asalnya??? Hahaha. Pikir sendiri!
Sebagai panitia, menganggap OSPEK sebagai pemasukan organisasi adalah
wajar sejauh kebijakan Anda memang diperuntukkan untuk kepentingan
organisasi dan berasaskan kepentingan MABA itu sendiri. Maba mesti
dilatih untuk menjadi pribadi yang sehat, cerdas, kritis, dan rendah
hati. Dari mana membuat itu semua? Dari OSPEK.
Saya harap seh semoga OSPEK tahun ini jadi lebih baik. OSPEK yang baik
itu adalah OSPEK yang education oriented, betul-betul untuk
mengembangkan karakter MABA, menumbuhkan kader-kader organisatoris yang
berpotensi, dan menjadikan OSPEK sebagai wahana keluarga perdana untuk
fakultas masing-masing.
Yang jadi panitia jangan jadi kerdil baca artikel ini, tapi jadilah pembaca elegan dan penyaring kepositifan yang arif.
Salam Blogger,
Dheo Laewana
Kampus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tabe, komentar ta' di...