Mereka Anak 07 Kesmas Versi Saya

Ujian SMPTN tahun ini sudah akan dilakukan, ribuan calon MABA itu akan menjadi korban pemalakkan senior-seniornya di kampus dan nanti akan menghadapi perkuliahan dari pagi sampai sore sampai bau ketek.

Mereka, bukan lagi angkatan baru, mereka sudah menjadi angkatan TUA di kampus ini, walaupun senior mereka beberapa masih tersisa dan berceceran di tanah. Tapi jumlah semester, make up dan photoshop tidak bisa menutupi keTUAan mereka di kampus ini. Bahkan 5 orang diantara mereka telah resmi memboyong ijazah SKMnya

Mereka,,telah melalui banyak pengalaman di kampus dan jurusannya. OSPEK (ditampeleng sama tukang ojek), PDKM I perdana (disuru gigit-gigit batang pohon kelapa di pantai), PBL (mandi pake air sungai tempat EE’ warga), Praktikum Kesmas (uang habis gara-gara beli jagung 1 juta), dan KKP telah ,mereka lalui. Dinamika kelompok dan dinamika percintaan sangat kental pada kegiatan – kegiatan mereka.

Sebelum menempati Gedung baru, dulu mereka sering berbagi ruang kuliah yang sempit, saking sempitnya ada yang bergantung di plafon, ada yang belajar sambil mengintip di jendela, bahkan dosennya mengajar dari lantai satu padahal ruangannya di lantai tiga. Mereka pun sering mengangkat kursi ketika akan kuliah karena kursi yang tak cukup menampung jumlah mereka yang banyak sampai-sampai kursi di kantinpun diangkat oleh mereka, berpindah ruang kuliah (saya pernah kesasar sewaktu pindah ruang kuliah, kesasar di kantin), tak hanya di fakultas mereka , bahkan FKIP, Faperta, Fekon dan Gedung LP2M (Fakultas hukum Sekarang) pernah menjadi tempat kuliah mereka. Jumlah mereka yang sekitar 120an orang memang butuh perlakuan khusus waktu itu, walaupun telah terbagi menjadi dua kelas, kelas preman (genap) dan kelas ganjil (uztad).

Mereka menjadi rebutan panitia OSPEK BEM dan senior di prodi pada saat OSPEK, menjadi angkatan pertama yang merasakan PDKM, angkatan terkahir di jurusan (dulunya prodi) mereka yang merasakan praktikum dasar Ilmu-ilmu alam yang disuru mengetik pake mesin ketik 11 jari, hingga menjadi korban penyerangan salah sasaran saat konflik antar fakultas ketika mereka numpang berkuliah di Faperta.

Terkait konflik itu, sampe-sampe dibawa ke kantor polisi. Kami diintrogasi sama polisi:

Polisi: “bisa diceritakan kronologinya dek?”
Kami: : “begini pak, kami dipalak, trus diancap pake badik”
Polisi: “Anda kenal ciri-cirinya?”
Kami: “iah pak, orangnya kurus, keribo, hitam, juling”
Polisi: “Kamu menyinggung saya yaaaa???”
Kami: “tidak pak”
Polisi: “Keluar kamu!!!”

Dan akhirnya kasus itu tidak selesai sampai sekarang.

Ya semuanya mereka lalui di awal –awal masa perkuliahan mereka, awal ketika mereka merasakan menjadi warga kampus ini. Sesuatu hal yang kelak menjadi penempa mereka untuk lebih baik.

Kini mereka tidak lagi sibuk dengan urusan kuliah karena sebagian mereka sudah punya pekerjaan yang menggiurkan. Ada yang jadi penjaga counter (tukan isi pulsa), ada yang menjadi pemain futsal bayaran, makcomblang, kurir pengiriman jurusan, dan ada pula yang jadi asisten kantin. Ada pula kesibukan baru yang mereka lakukan, setiap hari mereka terlihat dengan hal itu setidaknya sebagian besar dari mereka. Map berisi surat cinta, baik proposal cinta, hasil maupun skripsi cinta selalu melekat di tangan, ransel, atau selipan BH mereka. Obrolan tak lagi didominasi tugas kuliah atau jadwal Mid dan Final, obrolan itu kini telah berganti topik, yaitu topik BOLA.

Pertanyaan ini sering ada dalam pembicaraan laki-laki di Kesmas. Apa yang main tadi malam? Berapa skornya? Siapa penontonnya? Kenapa bisa gol? Ganteng wasitnya toh? Siapa yang paling ganteng di tim itu? Ko suka yang mana? Ih banyak bulu dadanya toh? Eh, ko manggoro liat pahanya??? &#*$)(&#)(*$&)(*#&$(*#$&

Itulah topic mereka kini. Seringkali mereka terlihat di depan ruang jurusan, ruang dosen dan di tangga kantin pada jum’at malam kliwon. Sekedar bercerita sambil menunggu pembimbing mereka, saling berbagi ilmu santet dan saling menyemangati satu sama lain atau sekedar saling menyapa setelah tak lagi kuliah bersama. Mereka kini penasaran, auuuuuuwwww...

Mereka telah jarang terlihat lagi di ruang-ruang kuliah dilantai 3 itu karena sudah di Yasinkan. Suara riuh mereka kini tergantikan oleh riuh nya junior mereka. Memang masih banyak pula diantara mereka yang berkuliah, namun tak satu ruangan lagi. Mereka kini menyelinap di antara junior mereka untuk menyelesaikan atau mengulang mata kuliah yang tersisa. Namun tak ada lagi kuliah yang hanya tersisi oleh angkatan mereka saja, kuliah yang memang khusus untuk angkatan mereka,,, karena mereka telah berada pada semester akhir.

Tapi kebersamaan mereka tak terhenti dengan berkurangnya mata kuliah mereka. Di sela-sela kesibukan mereka menyelesaikan tugas akhir, kebersamaan mereka masih tampak. Saling menyemangati, saling bertukar informasi, saling berbagi ilmu dan referensi, saling memberi tahu keberadaan dosen pembimbing, dan saling membantu mempersiapkan ujian proposal/hasil/skripsi teman mereka.

Ya, kekompakan mereka sejatinya belum hilang, walau kadang terdapat bebrapa hal atau masalah yang sedikit mengusik, tapi dengan segera mereka clearkan atau coba melupakan masalah itu dan kembali saling membantu. Setidaknya itulah yang saya lihat dari mereka,,,,

Mereka teman, rekan, sahabat dan saudara saya,

Mereka,,, anak 07 Kesmas



2 komentar:

Tabe, komentar ta' di...