Step by Step

Halo. Syukurlah, akhirnya kesampean lagi saya nulis postingan di blog ini. Setelah sekian lama tidak punya waktu, ide, dan niat buat nulis. Pertanyaannya, kenapa baru sekarang? Yah mungkin karna sekarang jam setengah satu dini hari, kopi masih setengah gelas, dan ada Harun yang lagi nonton ocehan orang kristen yang membuktikan agamanya adalah yang paling benar via YOUTUBE (ada temennya, red).

Boleh dibilang, bulan agustus 2013 adalah bulan dimana semua hal yang saya bangun dari “0” kembali menjadi “0” ketika orang tua mendorong saya untuk memulai karir baru di dunia finance di Baubau yang notabene kampung halaman sekaligus dunia karir saya ada di Kendari. Bayangkan, dari 2007 sampai 2013 saya tidak pernah kenal segala hal yang berbau finance. Aduh..!
Memulai dari “0” bukan menjadi hal yang baru untuk saya. Sudah banyak organisasi dan perusahaan yang menjadi tempat bernaungku selama ini. Mulai dari PIKHAS Sultra (Pusat Informasi dan Komunikasi HIV dan AIDS), HIPMAKES (Himpunan Mahasiswa Kesehatan), HMPS Kesmas (Himpunan Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat), Focil Indonesia (LSM Lingkungan), Instruktur Outbond Kandai Adventure, Radio Suara Kendari, dan Majalah Expo. Hehehe, banyak yah. Itu belum seberapa. Sebenarnya apa yang saya lakukan ini, pondasinya ada sudah dari TK sampai SMA. Cuma profesionalnya dimulai dari bangku perkuliahan.

Sebelum saya cerita seperti apa saya sekarang, biar lebih lengkapnya saya cerita saja seperti apa saya dulu. Sekalian FlashBack, biar punya catatan kecil perjalanan hidupku di dunia.

TK

Namanya TK (Taman Kanak-Kanak), bukan PAUD atau PaDe atau PaUs. Macam-macam saja nama sekarang. Nama gak jadi masalah, yang penting sih bagaimana menciptakan anak-anak yang baik, cerdas, dan berakhlak mulia sejak dini.
Saya sudah tidak ingat nama guru-guru TK-ku. Sudah lama uoy. Tapi, saya tidak akan pernah lupa tentang apa yang saya perbuat pada guru-guru dan teman-temanku saat itu. Boleh dibilang saya anak TK yang paling nakal, kurang ajar, dan licik. Saya paling senang bolos saat TK. Kadang saya juga mengajak teman untuk lompat pagar hanya untuk main wayang atau main robot-robot. Soalnya saya bosan tiap hari main balok warna-warni, main cap batang pisang, atau menggambar di TK. Kata-kata sayapun tidak jarang menyakiti hati guru-guruku saat itu.

Bu Guru: “Kalau semua murid seperti Kurniawan, kita mati mi mungkin”, sambil elus dada.
Saya: “Mati saja Bu Guru”, sambil ketawa.

Pernah juga saya minta sepatu saya dipasangkan Bu Guru. Tapi entah kenapa niat jahatku muncul dengan menendang sepatu itu sejauh-jauhnya. Sungguh anak yang sangat “JAHAT”. Hahahaha. Dan sungguh, guru-guru TK adalah orang-orang yang sabar.

Kurikulum TK saat itu sangat membosankan. Mungkin sampai saat ini masih seperti itu. Di TK saya pernah bergabung dalam tim bola keranjang. Kami juara 2 saat itu. Perlombaannya di RRI Kota Lama. Permainan ini yang paling saya suka di TK dibandingkan dengna permainan-permainan lain.

Sekolah Dasar

Saya sekolah di SD Negeri 1 Kendari. Disinilah saya kenal begitu banyak permainan. Mulai dari main parlos, hendip, kengkeng, gebo, cele, gasing, bola gabus, wayang gocok, wayang ces, raja-raja, enggo sembunyi, kasti, kelereng, abuget, dan lain-lain. Sebenarnya masih banyak lagi permainan yang tidak masuk akal yang saya mainkan di SD. Cuma saya sudah tidak ingat lagi. Setidaknya hanya ini permainan yang saya ingat. Dari kelas 1 sampai kelas 6, saya selalu jadi ketua kelas. Saya juga yang selalu dapat Juara 1. Satu kali saya dapat juara 7, selebihnya juara 1. Pelajaran yang paling saya suka saat SD adalah Geografi. Soalnya disemua buku Geografi, ada peta dunia, lengkap dengan ibu kota negaranya. Keren.

SMA

Nah. Disini nih. Iyah. Di sini. Hahaha. Surganya pengembangan diri. Petama kali pegang mike dan bicara di depan orang banyak, jadi pemimpin upacara, jadi pembaca janji siswa saat upacara, jadi ketua kelas, jadi pengurus PMR, jadi pasukan delapan saat pengibaran bendera pusaka 17 Agustus, jadi wakil ketua OSIS, jadi pemain basket, jadi pengurus Mading, jadi pemimpin gerak jalan, dan masih banyak lagi.

Sejak SMA, saya tidka hanyak bergau dengan teman se-Leting, tapi juga dengan kakak kelas waktu itu. Akhirnya saat kelas 10, saya diangkat jadi pengurus OSIS muda bersama dengan Konyeng (Fitriyani Amin). Kami memulai debut menjadi pengurus OSIS. Namanya juga yang paling muda, kami yang jadi jongos. Namun, berkat jadi jongos, kami perlahan mampu menjadi Juragan, hehehe. Setelah pengurusan berakhir, kami lanjutkan menjadi Leader. Saya menjadi wakil ketua OSIS, dan Konyeng jadi Bendahara OSIS. Jadi pengurus OSIS sebenarnya tujuannya galk lain dan gak bukan adalah untuk bebas dari sanksi. Hahaha. Kan bisa bebas dari sweeping, bolos rapat, showoff sama cewek-cewek (walaupun gak pernah pacaran), dan gak di tokka.

Kuliah

Bagi kamu yang newbe, maksudnya baru mau mencicipi dunia perkuliahan, hati-hati. Dalam memilih. Fokus pada pelajaran? Atau organisasi? Bisa sih keduanya barengan, tapi ada orang yang sebenarnya belum siap dengan konsekuensi menjalankan keduanya. Saya pernah punya niat untuk menjadikan organisasi sebagai pendukung nilai. Mencari perhatian dosen-dosen agar nilai kuliahku baik, tapi malah menjadi boomerang. Sifat-sifat dosen tuh unpredictible. Kita gak bisa nebak kapan mereka dalam kondisi mood 100% bahkan mood mencapai 0%. Susah uoy. Kalau kamu dapat mood 0%, bisa-bisa malapetaka yang kamu dapat.

Saya adalah ketua HMPS di jurusan Kesehatan Masyarakat Unhalu periode 2009-2010. Boleh dibilang posisi saya dalam organisasi adalah posisi paling strategis untuk mendapatkan perhatian, bahkan bisa menjadi anak emas. Namun, bukannya menjadi emas, malah saya akhirnya menjadi batu kapur. Hahaha. Jangan harap dapat nilai bagus-bagus, organisasi tidak punya peran penting dalam membaguskan nilai. Malah karena kesibukkan, malas belajar, dan akhirnya nilai merosot. Kalau bisa disuruh memilih, pasti saya pilih belajar saja supaya kuliah bisa cepet. Gak sampe 6 tahun. Hahahaha.

Aktif dalam organisasi juga tidak menjadikan orang tua senang. Ortu ingin kita cepat selesai kuliah biar gak punya beban lagi bayar SPP. Eh, malah aktif organisasi. Kuliahpun lama. Akhirnya tiap hari dapat siraman rohani. Kupret.

Dunia Kerja

Dalam tahap ini, kehidupan berubah drastis. Bukan seperti organisasi kampus. Di sini kamu mesti berbuat profesional dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Persainganpun lebih ketat. Banyak orang yang menjatuhkan, dan ada juga yang mendukung. Kebanyakan mereka yang sudah mengenyam aktivitas organisasi, dalam perusahaan mereka bisa jadi yang terbaik sehingga menimbulkan kedengkian yang datang dari pegawai lain yang nota bene tidak punya kemampuan seperti kita. Saya sebenarnya lebih suka kerja bersama orang-orang yang mementingkan kinerja dan kemampuan. Bukan kerja dengan mulut seperti ember dan mengumbar kejelekkan rekan kerjanya dengna niat menjatuhkan bukan membangun. Namun, tanpa bumbu tersebut, dunia kerja tidak akan terasa berwarna. Percaya saja, secepat apapun kebohongan melaju, kebenaran pasti akan lebih unggul suatu saat nanti. Bekerjalah demi masa depan, teman-teman, keluarga, dan pengembangan dirimu. Jangan menyerah dengan tantangan baru, terus tempa dirimu menjadi lebih baik. Pemimpinmu tidak buta dan Tuhan tidak berhenti melihat. Tak ada usaha yang sia-sia.

Segini dulu. Maish banyak yang belum saya ceritakan. Nanti nyusul ajah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tabe, komentar ta' di...